Mochi

Mochi.

Mochi.

Mochi.

Mochi.

Hacchii!

Ya, sepertinya sih sejak akhir tahun kemarin saya sudah mulai bergulat dengan yang namanya mochi. Makanan tradisional Jepang yang terbuat dari tepung beras ketan ini. Versi sebenarnya sih terbuat dari beras ketan yang dimasak lalu ditumbuk dan dibentuk-bentuk. Bukan menggunakan tepung beras. Dongeng tentang mochi ini bisa dicari sendiri ya, di Google banyak kok :D

Setelah sebelas kali percobaan, saya baru bisa menghasilkan mochi dengan tekstur yang baik.  Saya sudah membuat mochi dengan dua versi yang ada, yaitu versi adonan kulit yang dikukus terlebih dahulu kemudian diberi isian dan versi adonan yang diberi isian baru dikukus. Delapan kali percobaan dengan hasil kulit mochi yang mengeras setelah didiamkan satu malam. Pada percobaan ke sembilan saya berhasil membuat mochi yang kulitnya kekenyalannya bertahan sampai esok lusa. Namun pada percobaan ke sepuluh, saya mengalami kegagalan lagi. Pffft. Akhirnya saya berhasil kembali pada percobaan ke 11. Horeee! \(>_<)/ :v

Mochi

“Enak…,” kata teman saya saat saya menjadikannya tester. “Resepnya apa?” lanjutnya lagi.

“Mmm… resepnya… aku gak pake resep,” jawab saya jujur.

 Kalau yang dia maksudkan adalah resep dengan takaran gram-graman atau mililiter, maka saya tidak punya. Lha, timbangan aja saya gak punya, gimana bisa pake resep yang kayak gitu :v

Resep acuan adonan kulit yang saya pakai adalah resepnya Mba Hesti, yaitu :

• 225gr tepung ketan putih
• 110gr gula pasir
• 200ml santan/susu cair

 Resep tersebut saya persingkat menjadi 2 :1 :2, mwahaha :v

Yaitu dua cup tepung, satu cup gula, dan dua cup susu cair. Yeee~ \(>_<)/

Sehingga, saya tidak tahu kekentalan adonan yang sebenarnya itu seperti apa. Pffft.

11 kali percobaan sudah cukup membuat saya menjadi capek makan mochi -_-

Padahal dulu saya mulai belajar membuat panganan ini adalah karena mochi yang pernah saya beli itu mahal. Iya sih, enak sih soalnya… tapi sayang isinya cuma secuil. Tapi yang penting, saya berhasil membuatnya. Yeee~ \(>_<)/